Berita  

Jejak Sejarah Mata Uang Nederlandsch 1945 di Tanah Kaili Pada Masa Transisi

SIGI (SULTENG) – Di tengah gejolak perjuangan kemerdekaan Indonesia 1945, pada masa itu, masyarakat Kaili yang tersebar di wilayah Sulawesi Tengah, turut merasakan dampak dari perubahan politik dan ekonomi yang melanda negeri ini. Salah satu bukti nyata dari masa transisi tersebut adalah penggunaan mata uang Belanda atau Nederlandsch, yang masih beredar di tanah Kaili pada tahun 1945.Mata uang Nederlandsch yang beredar pada periode tersebut merupakan warisan dari masa pendudukan Belanda di Hindia Belanda sebelum pecahnya Perang Dunia II. Meski Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, kondisi di berbagai daerah, termasuk di tanah Kaili, masih menghadapi ketidakpastian, terutama dalam hal ekonomi.

Mata uang Nederlandsch tersebut, tetap digunakan sebagai alat transaksi resmi di wilayah Sulawesi Tengah, meskipun Indonesia secara resmi telah merdeka. Hal ini terjadi karena pada masa awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia masih menghadapi tantangan dalam menggantikan sistem administrasi kolonial yang telah lama mengakar, termasuk peredaran mata uang asing.

Pada masa itu, Mata uang nederlandsch sangat berpengaruh Bagi masyarakat Kaili, oleh karenanya penggunaan mata uang Nederlandsch saat itu merupakan fenomena yang menarik.

“Kami masih menggunakan uang Belanda ketika membeli kebutuhan sehari-hari, mulai dari beras, kain, hingga keperluan rumah tangga lainnya,” ungkap Yala salah satu tokoh masyarakat yang mengingat peristiwa tersebut.

Meskipun ada euforia kemerdekaan, masyarakat Kaili saat itu berada di bawah pengaruh pemerintahan militer Jepang yang baru menyerah, dan di beberapa daerah masih terdapat ketidakjelasan mengenai otoritas pemerintahan baru. Mata uang Belanda menjadi simbol dari kekuasaan kolonial yang secara perlahan mulai hilang dari Tanah Kaili.

Hal ini berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi, sehingga Kondisi ini menyebabkan ketidakstabilan ekonomi bagi masyarakat. Harga-harga bahan pokok kerap berfluktuasi, dan mata uang Nederlandsch yang telah lama digunakan mulai kehilangan nilainya. Pemerintah Indonesia akhirnya meluncurkan  oeang Republik Indonesia (ORI) pada Oktober 1946 sebagai bagian dari upaya meneguhkan kedaulatan ekonomi. Namun, transisi tersebut tidak langsung terasa hingga ke wilayah-wilayah terpencil seperti tanah Kaili.

“Ketika ORI mulai beredar, butuh waktu cukup lama untuk kami benar-benar bisa menggunakannya. Banyak orang di sini masih bergantung pada uang Belanda untuk transaksi harian,” tutur salah seorang sepuh warga Desa Luku.

Meski masa itu telah berlalu, namun fenomena itu menjadi salah satu warisan sejarah di tanah Kaili di buktikan dengan adanya jejak penggunaan mata uang Nederlandsch yang masih dapat dilihat dalam koleksi benda-benda peninggalan sejarah di wilayah Kaili. Di antaranya adalah mata uang kertas dan koin yang pernah digunakan di masa kolonial kini menjadi bagian dari artefak penting, yang mengingatkan masyarakat akan masa transisi dari penjajahan menuju kemerdekaan penuh.

“Uang-uang tersebut kini menjadi simbol perjuangan dan ketahanan masyarakat Kaili di masa yang penuh dengan ketidakpastian,” kata seorang sejarawan lokal.

Penerapan mata uang Nederlandsch di tanah Kaili adalah salah satu bagian kecil dari cerita panjang perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Meski hanya berlangsung dalam waktu yang singkat, periode ini menandai salah satu fase penting dalam sejarah ekonomi dan politik di daerah ini, yang hingga kini masih dikenang oleh generasi-generasi penerus.

Reporter: Sadri,S.Pd,M.Pd

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250